Salam mahasiswa. MasyaALLAH, kalau bukan kerana seorang sahabat menyebutnya, tidak mungkin ana mahu mencari dan mempelajari.
Taharruk (bergerak) untuk agama dengan mengerahkan kemampuan secara maksimal dalam berdakwah di jalan Allah, serta untuk menegakkan syariat dan meninggikan kalimatNYA di muka bumi, wajib menjadi unsur asasi dalam sendi-sendi keimanan setiap muslim.
Imam al-Ghazali rahimahullah berkata:
"Ketahuilah! Setiap orang yang duduk dalam rumahnya saat ini, bagaimanapun keadaannya, tidak akan pernah lepas dari pelbagai kemungkaran. Bayangkan, berdiam diri dari upaya memberi penerangan, pengajaran dan pengarahan yang ma'ruf kepada manusia, padahal majoriti manusia di kota-kota besar berada dalam kejahilan terhadap syarat-syarat solat menurut syariat, terlebih lagi yang berada di desa-desa dan pelosok-pelosok kampung, baik dari bangsa Arab desa, Kurdi dan Turkistan maupun seluruh manusia.
Sesungguhnya di setiap masjid dan wilayah seharusnya memiliki orang alim yang dapat mengajarkan deen kepada manusia, begitu pula di desa-desa. Dan wajib bagi setiap orang alim setelah selesai menunaikan fardhu 'ainnya dan fardhu kifayahnya untuk keluar ke kota-kota tetangganya, baik yang berkulit hitam, bangsa Arab, Kurdi dan lain-lain, memberikan pengajaran deen dan syariat-syariat yang fardhu bagi mereka".
Sehingga di setiap waktunya, Imam al-Ghazali menghisab diri dengan bertanya: Apakah yang telah aku baktikan untuk agama ALLAH S.W.T? Gelisah di pembaringannya tiada henti, tidak asyik dalam dengkuran tidurnya, tidak nikmat dalam kemilau hidupnya. Berita-berita kaum muslimin membuatnya senang dan sedih. Dia terus berfikir untuk menjalani sampainya kebenaran kepada setiap makhluk, khuatir lalai tidak sempurna. Dia tidak hanya berfikir untuk tetangganya saja, kawannya atau karib kerabatnya saja. Dia berfikir untuk seluruh penduduk belahan bumi manapun, bagaimana memasukkan mereka ke dalam Islam.
Ya, memang sudah waktunya mengungkapkan seluruh kondisi kaum muslimin dan membela Islam semaksimal mungkin dengan ungkapan tegas, kalimat yang jelas dan amal yang lugas. Kita tidak perlu takut kepada siapapun kecuali ALLAH S.W.T. Semua terjadi menurut batas yang diizinkan ALLAH S.W.T kepada kita, bahkan DIA mewajibkan kita untuk mengatakannya dengan hidayah KitabNYA dan Sunnah RasulNYA S.A.W.
Negeri-negeri yang ada di belahan dunia Islam telah terperosok dalam jurang yang dalam tanpa tepi, jurang kekafiran, kebebasan dan kehancuran. Jika kita tidak berdiri menjadi nadzīr (pengingat kewaspadaan), atau tidak mengawasi mereka dari api jahanam, tentu kitapun ikut terperosok bersama mereka, tertimpa pelbagai bencana seperti mereka, serta dosa berlipat yang akan kita terima.
Mungkin taharruk yang sahabat ana maksudkan sebelum ini mengikut kondisi pada ketika itu berbeza dengan maksud yang tertera di atas, tetapi ana percaya maksud taharruk yang sebenar ini lebih membuka mata kita untuk membawa perubahan kepada ummah. Wallahu'alam.
Taharruk (bergerak) untuk agama dengan mengerahkan kemampuan secara maksimal dalam berdakwah di jalan Allah, serta untuk menegakkan syariat dan meninggikan kalimatNYA di muka bumi, wajib menjadi unsur asasi dalam sendi-sendi keimanan setiap muslim.
Imam al-Ghazali rahimahullah berkata:
"Ketahuilah! Setiap orang yang duduk dalam rumahnya saat ini, bagaimanapun keadaannya, tidak akan pernah lepas dari pelbagai kemungkaran. Bayangkan, berdiam diri dari upaya memberi penerangan, pengajaran dan pengarahan yang ma'ruf kepada manusia, padahal majoriti manusia di kota-kota besar berada dalam kejahilan terhadap syarat-syarat solat menurut syariat, terlebih lagi yang berada di desa-desa dan pelosok-pelosok kampung, baik dari bangsa Arab desa, Kurdi dan Turkistan maupun seluruh manusia.
Sesungguhnya di setiap masjid dan wilayah seharusnya memiliki orang alim yang dapat mengajarkan deen kepada manusia, begitu pula di desa-desa. Dan wajib bagi setiap orang alim setelah selesai menunaikan fardhu 'ainnya dan fardhu kifayahnya untuk keluar ke kota-kota tetangganya, baik yang berkulit hitam, bangsa Arab, Kurdi dan lain-lain, memberikan pengajaran deen dan syariat-syariat yang fardhu bagi mereka".
Sehingga di setiap waktunya, Imam al-Ghazali menghisab diri dengan bertanya: Apakah yang telah aku baktikan untuk agama ALLAH S.W.T? Gelisah di pembaringannya tiada henti, tidak asyik dalam dengkuran tidurnya, tidak nikmat dalam kemilau hidupnya. Berita-berita kaum muslimin membuatnya senang dan sedih. Dia terus berfikir untuk menjalani sampainya kebenaran kepada setiap makhluk, khuatir lalai tidak sempurna. Dia tidak hanya berfikir untuk tetangganya saja, kawannya atau karib kerabatnya saja. Dia berfikir untuk seluruh penduduk belahan bumi manapun, bagaimana memasukkan mereka ke dalam Islam.
Ya, memang sudah waktunya mengungkapkan seluruh kondisi kaum muslimin dan membela Islam semaksimal mungkin dengan ungkapan tegas, kalimat yang jelas dan amal yang lugas. Kita tidak perlu takut kepada siapapun kecuali ALLAH S.W.T. Semua terjadi menurut batas yang diizinkan ALLAH S.W.T kepada kita, bahkan DIA mewajibkan kita untuk mengatakannya dengan hidayah KitabNYA dan Sunnah RasulNYA S.A.W.
Negeri-negeri yang ada di belahan dunia Islam telah terperosok dalam jurang yang dalam tanpa tepi, jurang kekafiran, kebebasan dan kehancuran. Jika kita tidak berdiri menjadi nadzīr (pengingat kewaspadaan), atau tidak mengawasi mereka dari api jahanam, tentu kitapun ikut terperosok bersama mereka, tertimpa pelbagai bencana seperti mereka, serta dosa berlipat yang akan kita terima.
Mungkin taharruk yang sahabat ana maksudkan sebelum ini mengikut kondisi pada ketika itu berbeza dengan maksud yang tertera di atas, tetapi ana percaya maksud taharruk yang sebenar ini lebih membuka mata kita untuk membawa perubahan kepada ummah. Wallahu'alam.
0 Comments
Thank you for coming by. Comments are your responsibility. Any comments are subjected to the Act 588 MCMC 1988. Comment wisely, and do it with pure intentions. Any comment with link(s) will be deleted to avoid spam.
For any inquiries, email: sunahsakura@gmail.com